BILA TERLANJUR PACARAN
“butuh semenit saja untuk
jatuh cinta kepada seseorang. Sejam untuk benar-benar menyukainya dan sehari
untuk mencintainya. Namun, butuh seumur hidup untuk melupakannya.”
Sekarang kamu sudah tau seluk beluk pacaran. Kacamata islam
yang luas telah menyadarkan kamu bahwa pacaran hanyalah sebuah seni berbohong. Gimana
menampilkan yang terbaik dihadapan pacar, walaupun itu seratus persen terbalik
dengan jati diri kamu sesungguhnya. Pacaran Cuma ngajarin kamu bagaimana kamu
saling menerima kebohongan.
Saat nge-date masing-masing tampil rapih dan klimis. Cewek
berdandan hingga satu jam. Itu pun setelah sebelumnya luluran dan meni-pedi di
salon kecantikan. Yang cowok enggak mau kalah. Tampilannya perlente. Sisiran rambutnya
diatur sekeren mungkin. Parfum pun disemprot sana-sini. Pokoknya, masing-masing
tampil wangi dan trendi deh. Masing-masing menjadi baik. Sayangnya, itu Cuma sesaat,
sepulang kencan, kamu kembali ke kebiasaan lama. Baju kucel enggak di setrika,
kaos bergelantungan dimana-mana, buku berserakan di dalam kamar. Sekadar seprai
diatas tempat tidur pun enggak pernah dirapikan. Percis kapal pecah. Bagaimana mau
wangi jika mandi saja sehari sekali ? itu pun setelah disemprot Mami akibat
kesiangan bangun pagi. Mana PR belum siap, eh malah molor lagi. Kembali ke
dunia mimpi.
Pacaran memang hanya mendidik pelakunya menjadi
munafik. Pacaran ngajarin kamu bersikap pragmatis. Wajar aja, sebab ia lahir
dari rahim ideologi kapitalis. Buktinya, orang yang pacaran selalu saja menaruh
harapan. Prinsipnya enggak beda-beda amat sama prinsip ekonomi Adam Smith atau
Keynessian, “Dengan modal sekecil-kecilnya, untuk mendapat untung
sebesar-besarnya.”
Dalam bahasa lain, “walau tanpa ikatan dan tanggung
jawab, tetap dapat mengecap nikmat pemuas syahwat.”
Sekarang sudah tau bahwa pacaran itu haram. Ia jalan
yang salah, bukan yang saleh. Ia jalan yang batil, bukan yang betul. Ia jalan
maksiat, bukannya taat. Ia jalan menuju murka, bukan menuju ridha. Oleh karena
itu, selalu ada dosa yang mengiringi perjalanan pacaran. Menatap wajahnya
menambah dosa. Menyimak merdu suaranya menambah dosa. Memegang tangannya
menambah dosa. Menggandengnya jalan bersama menambah dosa. Merangkul peluknya
menambah dosa. Apalagi sentuhan-sentuhan yang lebih intim, enggak terbilang
betapa cemburunya Allah.
Bagi yang sudah terlanjur menjalin asmara dalam akad
palsu bernama pacaran, tentu akan diliputi ragu. Ada galau yang bikin risau. Ada
bingung yang bikin termenung.
“lalu, aku harus bagaimana ?”
“nggak ada kata lain. Kamu harus putuskan.”
“tapi, aku terlanjur mencintainya.”
Baiklah, kalau begitu kamu harus mendengar petuah ini.
Kamu kenal Mario Teguh? Ya, motivator super kebanggaan Indonesia itu dalam
sebuah pertemuan The Golden Ways menegaskan,
“Terlanjur cinta diucapkan oleh orang-orang yang sebetulnya menyesal”. Ia melanjutkan,
“istilah ‘terlanjur sayang’ selalu berarti menyayangi orang yang tidak pantas
disayangi. Terus menyayangi orang yang tidak pantas disayangi bias berarti dua
hal : sangat mulia atau sangat bebal. Iman adalah penyelamat dari kebodohan
karena cinta.”
Silahkan cermati baik-baik. Berikan nurani kesempatan
untuk mengungkap kegundahannya. Percayalah, jika masih ada setitik iman dijiwa.
Pikiran akan mudah terbuka. Berbeda sekali jika hati sudah kering kerontang diterpa
teriknya perbuatan keji dan mungkar. Jika manusia banyak melanggar
ketentuan-Nya, hati akan ternoda oleh noktah hitam. Akumulasi noktah yang
dibiarkan terus-menerus inilah yang membuat hati hitam pekat. Susah menerima
kebenaran.
Malik bin Dinar dalam Hilyatul Ulya mengatakan,
“Sesungguhnya apabila badan sakit, makan dan minum
sulit untuk tertelan. Istirahat dan tidur pun tidak nyaman. Demikian pula hati
apabila telah terbelenggu cinta dunia, nasihat susah untuk memasukinya.”
So, kumpulkanlah tekadmu. Katakana bahwa kamu lebih
mencintai Allah ketimbang cinta palsunya. Berterus teranglah kepadanya bahwa
kamu ingin kebaikan untuk kalian berdua. Jika sungkan mengatakan langsung,
berkirim surat bisa menjadi jalan keluar. Putuskan ia baik-baik. Kamu bukan
hendak memutus silaturahim, tapi kamu hanya ingin memutus rantai jebakan setan
yang melingkupi kalian.
Masih takut? Percayalah, ada banyak orang sebelum
kalian yang sudah sukses memilih jalan untuk putus. Insya Allah ini adalah yang
terbaik bagi semua. Agar bisa memperoleh kebahagiaan yang abadi, dunia-akhirat.
Bukan Cuma kesenangan sesaat yang berbalas azab di akhirat. Kesannya, pilihan
ini memang berat, menyulitkan dan tidak logis. Kamu lebih percaya mana, janji
Allah atau hawa nafsu buatan setan? “boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal
ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Q.S
A;-Baqarah[2]:286).”
Sumber : Married Because of Allah (baca: Anugrah Roby
Syahputra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar