Rabu, 13 Mei 2015

BILA TERLANJUR PACARAN



BILA TERLANJUR PACARAN


“butuh semenit saja untuk jatuh cinta kepada seseorang. Sejam untuk benar-benar menyukainya dan sehari untuk mencintainya. Namun, butuh seumur hidup untuk melupakannya.”

Sekarang kamu sudah tau seluk beluk pacaran. Kacamata islam yang luas telah menyadarkan kamu bahwa pacaran hanyalah sebuah seni berbohong. Gimana menampilkan yang terbaik dihadapan pacar, walaupun itu seratus persen terbalik dengan jati diri kamu sesungguhnya. Pacaran Cuma ngajarin kamu bagaimana kamu saling menerima kebohongan.
Saat nge-date masing-masing tampil rapih dan klimis. Cewek berdandan hingga satu jam. Itu pun setelah sebelumnya luluran dan meni-pedi di salon kecantikan. Yang cowok enggak mau kalah. Tampilannya perlente. Sisiran rambutnya diatur sekeren mungkin. Parfum pun disemprot sana-sini. Pokoknya, masing-masing tampil wangi dan trendi deh. Masing-masing menjadi baik. Sayangnya, itu Cuma sesaat, sepulang kencan, kamu kembali ke kebiasaan lama. Baju kucel enggak di setrika, kaos bergelantungan dimana-mana, buku berserakan di dalam kamar. Sekadar seprai diatas tempat tidur pun enggak pernah dirapikan. Percis kapal pecah. Bagaimana mau wangi jika mandi saja sehari sekali ? itu pun setelah disemprot Mami akibat kesiangan bangun pagi. Mana PR belum siap, eh malah molor lagi. Kembali ke dunia mimpi.

Pacaran memang hanya mendidik pelakunya menjadi munafik. Pacaran ngajarin kamu bersikap pragmatis. Wajar aja, sebab ia lahir dari rahim ideologi kapitalis. Buktinya, orang yang pacaran selalu saja menaruh harapan. Prinsipnya enggak beda-beda amat sama prinsip ekonomi Adam Smith atau Keynessian, “Dengan modal sekecil-kecilnya, untuk mendapat untung sebesar-besarnya.”
Dalam bahasa lain, “walau tanpa ikatan dan tanggung jawab, tetap dapat mengecap nikmat pemuas syahwat.”

Sekarang sudah tau bahwa pacaran itu haram. Ia jalan yang salah, bukan yang saleh. Ia jalan yang batil, bukan yang betul. Ia jalan maksiat, bukannya taat. Ia jalan menuju murka, bukan menuju ridha. Oleh karena itu, selalu ada dosa yang mengiringi perjalanan pacaran. Menatap wajahnya menambah dosa. Menyimak merdu suaranya menambah dosa. Memegang tangannya menambah dosa. Menggandengnya jalan bersama menambah dosa. Merangkul peluknya menambah dosa. Apalagi sentuhan-sentuhan yang lebih intim, enggak terbilang betapa cemburunya Allah.

Bagi yang sudah terlanjur menjalin asmara dalam akad palsu bernama pacaran, tentu akan diliputi ragu. Ada galau yang bikin risau. Ada bingung yang bikin termenung.

“lalu, aku harus bagaimana ?”

“nggak ada kata lain. Kamu harus putuskan.”

“tapi, aku terlanjur mencintainya.”

Baiklah, kalau begitu kamu harus mendengar petuah ini. Kamu kenal Mario Teguh? Ya, motivator super kebanggaan Indonesia itu dalam sebuah pertemuan The Golden Ways menegaskan, “Terlanjur cinta diucapkan oleh orang-orang yang sebetulnya menyesal”. Ia melanjutkan, “istilah ‘terlanjur sayang’ selalu berarti menyayangi orang yang tidak pantas disayangi. Terus menyayangi orang yang tidak pantas disayangi bias berarti dua hal : sangat mulia atau sangat bebal. Iman adalah penyelamat dari kebodohan karena cinta.”

Silahkan cermati baik-baik. Berikan nurani kesempatan untuk mengungkap kegundahannya. Percayalah, jika masih ada setitik iman dijiwa. Pikiran akan mudah terbuka. Berbeda sekali jika hati sudah kering kerontang diterpa teriknya perbuatan keji dan mungkar. Jika manusia banyak melanggar ketentuan-Nya, hati akan ternoda oleh noktah hitam. Akumulasi noktah yang dibiarkan terus-menerus inilah yang membuat hati hitam pekat. Susah menerima kebenaran.

Malik bin Dinar dalam Hilyatul Ulya mengatakan,
“Sesungguhnya apabila badan sakit, makan dan minum sulit untuk tertelan. Istirahat dan tidur pun tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu cinta dunia, nasihat susah untuk memasukinya.”

So, kumpulkanlah tekadmu. Katakana bahwa kamu lebih mencintai Allah ketimbang cinta palsunya. Berterus teranglah kepadanya bahwa kamu ingin kebaikan untuk kalian berdua. Jika sungkan mengatakan langsung, berkirim surat bisa menjadi jalan keluar. Putuskan ia baik-baik. Kamu bukan hendak memutus silaturahim, tapi kamu hanya ingin memutus rantai jebakan setan yang melingkupi kalian.

Masih takut? Percayalah, ada banyak orang sebelum kalian yang sudah sukses memilih jalan untuk putus. Insya Allah ini adalah yang terbaik bagi semua. Agar bisa memperoleh kebahagiaan yang abadi, dunia-akhirat. Bukan Cuma kesenangan sesaat yang berbalas azab di akhirat. Kesannya, pilihan ini memang berat, menyulitkan dan tidak logis. Kamu lebih percaya mana, janji Allah atau hawa nafsu buatan setan? “boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Q.S A;-Baqarah[2]:286).”



Sumber : Married Because of Allah (baca: Anugrah Roby Syahputra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar