Sabtu, 21 Mei 2016

Tugas Ketiga Softskill B.Imdonesia 2



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.      Kompensasi
Menurut Rivai (2008) kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Kompensasi merupakan hal yang sangat penting karena kompensasi yang cukup dapat menarik, memelihara dan menjaga karyawan agar tidak meninggalkan perusahaan.
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2002). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen personalia yang paling sulit dan membingungkan. Tidak hanya karena pemberian kompensasi merupakan salah satu tugas yang paling kompleks, tetapi juga merupakan salah satu aspek yang paling berarti baik bagi karyawan maupun organisasi. Bila perusahaan tidak memperhatikan kompensasi bagi karyawannya maka akan semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan berperan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dessler (dikutip Lies Indriyatni, 2009) menyatakan bahwa kompensasi adalah semua bentuk pembayaran atau reward kepada karyawan yang berasal dari hasil pekerjaan mereka. Tipe-tipe kompensasi menurut Dessler adalah :
a.       Pembayaran secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk upah, gaji, insentif, dan bonus.
b.      Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan seperti asuransi dan liburan atas dana organisasi.
Menurut Mangkuprawira (2013) ada beberapa prinsip yang diterapkan dalam manajemen kompensasi, antara lain :
a.       Terdapatnya rasa keadilan dan pemerataan pendapatan dalam perusahaan.
b.      Setiap pekerjaan dinilai melalui proses evaluasi pekerjaan dan kinerja atau performance.
c.       Mempertimbangkan keuangan perusahaan.
d.      Nilai rupiah dalam sistem penggajian mampu bersaing dengan harga tenaga kerja sejenis.
e.       Sistem penggajian yang baru dapat membedakan orang yang berprestasi baik dan yang tidak dalam golongan yang sama.
f.       Sistem penggajian yang baru harus dikaitkan dengan penilaian kinerja karyawan.

Tujuan manajemen kompensasi efektif menurut Rivai (2008) adalah :

a.       Memperoleh SDM yang Berkualitas.
Kompensasi yang cukup tinggi sangat dibutuhkan untuk memberikan daya tarik kepada para pelamar. Tingkat pembayaran harus responsif terhadap penawaran dan permintaan pasar kerja karena para pengusaha berkompetisi untuk mendapatkan karyawan yang diharapkan.
b.      Mempertahankan Karyawan yang ada.
Para karyawan dapat keluar jika besaran kompensasi tidak kompetitif dan akibatnya akan menimbulkan perputaran karyawan yang semakin tinggi.
c.       Menjamin keadilan.
Manajemen kompensasi selalu berupaya agar keadilan internal dan eksternal dapat terwujud. Keadilan internal mensyaratkan bahwa pembayaran dikaitkan dengan nilai relatif sebuah pekerjaan sehingga pekerjaan yang sama dibayar dengan besaran yang sama. Keadilan eksternal berarti pembayaran terhadap pekerja merupakan yang dapat dibandingkan dengan perusahaan lain di pasar kerja.
d.      Penghargaan terhadap Perilaku yang diinginkan.
Pembayaran hendaknya memperkuat perilaku yang diinginkan dan bertindak sebagai insentif untuk perbaikan perilaku dimasa depan, rencana kompensasi efektif, menghargai kinerja, ketaatan, pengalaman, tanggung jawab, dan perilaku-perilaku lainnya.
e.       Mengendalikan Biaya.
Sistem kompensasi yang rasional membantu perusahaan memperoleh dan mempertahankan para karyawan dengan biaya yang beralasan. Tanpa manajemen kompensasi efektif, bisa jadi pekerja dibayar di bawah atau di atas standar.
f.       Mengikuti Aturan Hukum.
Sistem gaji dan upah yang sehat selalu mempertimbangkan faktor-faktor legal yang dikeluarkan pemerintah dan menjamin pemenuhan kebutuhan karyawan.
g.      Memfasilitasi Pengertian.
Sistem manajemen kompensasi hendaknya dengan mudah dipahami oleh spesialis SDM, manajer operasi, dan para karyawan.
h.      Meningkatkan Efisiensi Administrasi.
Program pengupahan dan penggajian hendaknya dirancang untuk dapat dikelola dengan efisien, membuat sistem informasi SDM optimal, meskipun tujuan ini hendaknya sebagai pertimbangan sekunder dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain.

2.1.1. Jenis-Jenis Kompensasi
Menurut Dessler (dikutip Lies Indriyatni, 2009) kompensasi mempunyai tiga komponen sebagai berikut :
1.      Pembayaran uang secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk gaji, dan intensif atau bonus atau komisi.
2.      Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan dan asuransi.
3.      Ganjaran non financial (non financial rewards) seperti jam kerja yang luwes dan kantor yang bergengsi.



2.1.2. Tujuan diadakan Pemberian Kompensasi
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002), tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah:
1.      Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha atau majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2.      Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3.      Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4.      Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.
5.      Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif kecil.
6.      Dispilin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
7.      Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8.      Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

2.1.3. Sistem Kompensasi
            Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan adalah:
1.      Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan.
2.      Sistem Hasil
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi atau upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan Pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.
3.      Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

2.2.      Kinerja
            Hani Handoko (2002) mengistilahkan kinerja (performance) dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Berikut ini adalah beberapa pengertian kinerja oleh beberapa pakar yang dikutip oleh Bambang Guritno dan Waridin (2005) yaitu :
1.      Menurut Gomes (2000) kinerja merupakan catatan terhadap hasil produksi dari sebuah pekerjaan atau aktivitas tertentu dalam periode waktu tertentu.
2.      Marihot Tua Efendi (2002) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai peranannya dalam organisasi. Kinerja juga berarti hasil yang dicapai seseorang baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, inisiatif, pengalaman kerja, dan motivasi karyawan. Hasil kerja seseorang akan memberikan umpan balik bagi orang itu sendiri untuk selalu aktif melakukan pekerjaannya secara baik dan diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjaan yang baik pula. Pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang karena dapat memberikan wawasan yang lebih luas untuk berinisiatif dan berinovasi dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerjanya.
3.      Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan prasarana tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang.
4.      Sedangkan kinerja menurut Henry Simamora (2004) adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan. Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu:
1.      Tujuan
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.
2.      Ukuran
Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal memegang peranan penting.
3.      Penilaian
Penilaian kinerja reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai.
5.       Menurut Rita Swietenia (2009) manfaat kinerja pegawai antara lain adalah untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi, untuk menentukan target atau sasaran yang nyata, lalu untuk pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen yang berhubungan terhadap masalah-masalah yang berkaitan.
Adapun indikator kinerja karyawan menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut :
1.      Mampu meningkatkan target pekerjaan
2.      Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
3.      Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan
4.      Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan
5.      Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan

2.3. Hubungan Variabel Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan meningkatkan kepuasan kerja para karyawan adalah melaui kompensasi (Mathis dan Jackson, 2000). Secara sederhana kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan untuk balas jasa kerja mereka.
Simamora (2004) mengatakan bahwa kompensasi dalam bentuk finansial adalah penting bagi karyawan, sebab dengan kompensasi ini mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologisnya. Namun demikian, tentunya pegawai juga berharap agar kompensasi yang diterimanya sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan dalam bentuk non finansial juga sangat penting bagi pegawai terutama untuk pengembangan karir mereka.
Farmer (2008) meneliti hubungan antara kompensasi yang diterima oleh CEO perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris dengan kinerja perusahaan. Hasilnya adalah kompensasi secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Oleh karena hubungan antar kedua variabel tersebut maka diajukan :
H1       : Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
           




2.4. Kajian Penelitian Sejenis
Kajian sejenis ini diambil dari penelitian yang memiliki kesamaan topik atau variabel yang diteliti oleh penulis diantaranya :
1.      Nama                     : Anoki Herdian Dito
Nim                       : C2A006017
Judul                     : Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan
  PT.Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi kerja
  sebagai Variabel intervening.
      Alat Analisis   : Uji Validitas dan Reabilitas
Hasil yang Disimpulkan :
“Kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh kompensasi terhadap motivasi kerja serta implikasinya pada kinerja karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga adalah sebagai berikut:
1)      Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, sehingga adanya peningkatan pemberian kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawan.
2)      Kompensasi berpengaruhi tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi kerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja menjadi variabel yang memediasi antara kompensasi terhadap kinerja karyawan.”

2.      Nama                     : Kartika Tri Rahmawati
Nim                       : 05610047
Judul                     : Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada
  Asuransi Jiwa Bersama (AJB) BUMIPUTERA 1912
  Cabang Pasuruan Kota.
Alat Analisis         : Uji Validitas, Uji Reabilitas, analisis Regresi
  Linier berganda.
Hasil yang Disimpulkan
“Berdasarkan hasil penelitian dari pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan pada AJB Bumiputera 1912 cabang Pasuruan Kota, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompensasi yang terdiri dari kompensasi langsung (X1), dan kompensasi tidak langsung (X2), secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja (Y). Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini ditunjukkan dengan nilai R Square 1,246%. Dan yang lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian, seperti penentuan lokasi pembeli produk.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi parsial
menunjukkan bahwa variabel kompensasi langsung (X1) dan variabel kompensasi tidak langsung (X2) pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja (Y). sedangkan kompensasi yang paling Dominan adalah kompensasi langsung (X1) terhadap kinerja (Y).”

2.5. Kerangka Pemikiran
Dari hipotesis tersebut, maka peneliti mengembangkan kerangka teoritis sebagai berikut :

Kompensasi





kompensasi

Kinerja
 


                                                          

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
          Sumber : Manajemen Sumber Daya Manusia

Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai ganti atas kontribusi dan jasa yang diberikan oleh karyawan terhadap sebuah organisasi atau perusahaan. Pada penelitian ini kompensasi dioperasionalkan sebagai variabel independen. Dan kinerja berarti hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja pada penelitian ini berlaku sebagai variabel dependen.


2.6. Hipotesis
            Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2002) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan.
            Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 = pemberian kompensasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

2.7. Metode Analisis
            Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka beberapa metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.7.1. Uji Validitas
Uji validitas untuk mengetahui sejauh mana data yang terukur tidak menyimpang dari gambaran variabel yang ditentukan atau dengan kata lain melalui uji validitas ini akan diketahui item-item yang terdapat dalam kuesioner betul-betul dalam pengungkapan apa yang akan diteliti. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Sedangkan untuk mengetahui skor masing-masing item pertanyaan valid atau tidak, maka diterapkan kriteria statistik sebagai berikut :
1.      Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid.
2.      Jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.
3.      Jika r hitung > r tabel tetapi bertanda negatif, maka Ho akan tetap ditolak dan Ha diterima.
                 r =
Dimana :
                  x = Variabel independen
                  y = Variabel dependen
                  r = Koefisien korelasi
                  n = Banyaknya sampel
Apabila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan valid dan sebaliknya bila lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan tidak valid.Jika dalam perhitungan ditemukan pertanyaan yang tidak valid atau tidak signifikan kemungkinan dapat disebabkan pernyataan terebut kurang susunan kata-katanya sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda.

2.7.2.      Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang mempunyai indikator atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1.      Repeted measure atau pengukuran yaitu seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2.      One shoot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan yang lain atau mengukur korelasi antara jawaban dengan pertanyaan.
Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS, yang akan memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali,2005).
r =
Dimana :
                  r        = Reliabilitas Instrumen
                  k       = Banyaknya butir pertanyaan
                   = Jumlah varian butir
                      = Varian total
Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki nilai koefisien keandalan lebih besar atau sama dengan 0,6 sehingga apabila α sama dengan 0,6 maka instrument dapat dikatakan reliabel.

2.7.3.   Uji Asumsi Klasik
Pada teknik analisa regresi berganda maka digunakan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa pada model regresi tidak terjadi berbagai penyimpangan norrmalitas dan autokorelasi.

2.7.3.1.Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan memenuhi normalitas atau tidak, sebagai berikut :
1.      Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2.      Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan p value yang diperoleh dari hasil pengujian normalitas dengan tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Data dikatakan terdistribusi secara normal jika p value > 0,05, begitu juga sebaliknya (Ghozali, 2005) .

2.7.3.2.Uji Autokorelasi
Jenis pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson yaitu nilai DL dan DU untuk k = jumlah variabel bebas dan n = jumlah sampel, jika D-N berada di antara nilai DU hingga (4-DU) berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi (Ghozali,2005).

2.7.4.      Analisis Regresi Linier Sederhana
Regresi Linier Sederhana berguna dilakukan terhadap satu variabel bebas, untuk diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat (Santoso,2000). Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kompensasi terhadap kinerja. Dalam regresi linier sederhana terdapat 2 variabel, yaitu :
1.      Variabel Bebas (X), yaitu Kompensasi
2.      Variabel Terikat (Y), yaitu Kinerja
Untuk menguji variabel tersebut maka digunakan analisis regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan:
Y   = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
a    = Konstanta
bX  = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
2.7.5.      Nilai Statistik T (Uji t)
Uji – t ini digunakan untuk membuktikan pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, dimana apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel menunjukkan diterimanya hipotesis yang diajukan. Nilai t hitung dapat dilihat pada hasil regresi dan nilai t tabel didapat melalui sig. α = 0,05 dengan df = n – k
Dasar pengambilan keputusan untuk uji t :
-          Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
-          Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS :
-          Jika nilai sig. < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
-          Jika nilai sig. > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.